Senin, 09 April 2012

Makalah Sistem Wireless


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 

            Sistem wireless mulai populer. Hal ini dimulai dengan maraknya telepon genggam di dunia yang pada mulanya hanya memberikan akses suara. Kemudian telepon genggam dapat pula digunakan untuk mengirimkan data. Sebagai catatan, jumlah pengguna telepon genggam di dunia sudah mengalahkan jumlah pengguna Internet. Di Indonesia sendiri, saat ini terdapat lebih dari 4 juta pelanggan telepon genggam sementara hanya ada 1,5 juta pengguna Internet. Dengan kata lain, telepon genggam lebih disukai daripada Internet yang menggunakan jaringan yang fixed (wired).
            SMS merupakan salah satu aplikasi penting di dunia wireless, khususnya di Asia. Anda dapat lihat di jalanan, di kantor, dan dimana saja orang menekan tombol telepon genggam untuk mengirim SMS. Jutaan SMS dikirimkan setiap harinya. Hal ini tidak terduga oleh operator wireless. Bahkan ada yang mengatakan bahwa SMS merupakan killer application di dunia wireless.
            Di sisi lain perangkat komputer mulai muncul dalam ukuran yang kecil dan portable. Personal Digital Assistant (PDA) seperti Palm, Handspring,Symbian, Windows CE mulai banyak digunakan orang. Perangkat ini tadinya bersifat standalone atau hanya memiliki fasilitas transfer data dengan menggunakan kabel serial (ke komputer) dan IrDa (infra red antar
perangkat). Kemudian muncul perangkat yang memungkinkan komputer berkomunikasi dengan menggunakan wireless LAN (seri IEEE 802.11) dan Bluetooth. Semakin marak dan laju perkembangan komunikasi data secara wireless.




1.2.  Masalah :
a.     Apa pengertian Wirelless LAN?
b.    Apa kelebihan Wirelless LAN?
c.     Bagaimana cara kerja Wirelless LAN?
d.    Perangkat apa yang efektif  untuk digunakan dalam sistem wirelless sistem wirelless?
e.     Bagaimana cara peningkatan keamanan pada sistem wirelless?
1.3.Tujuan :
a.     Mengetahui kelebihan penggunaan Wirelless LAN.
b.    Mengetahui cara kerja Wirelless LAN.
c.     Menambah perangakat yang dapat digunakan pada sistem wirelless.
d.    Mengetahui media yang digunakan pada wirelless LAN
e.     Meningkatkan keamanan pada sistem wirelless
f.     Memudahkan pengguna wirelless dalam meningkat kualitas penggunaan wirelless.















BAB I I
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Wirelless
Wireless merupakan teknologi yang bertujuan untuk menggantikan kabel yang menghubungkan terminal komputer dengan jaringan, dengan begitu computer dapat berpindah dengan bebas dan tetap dapat berkomunikasi dalam jaringan dengan  kecepatan transmisi yang memadai. Wireless LAN distandarisasi oleh IEEE dengan kode 802.II b yang bertujuan untuk menyamakan semua teknologi nirkabel yang digunakan dibidang computer dan untuk menjamin interoperabilitas antara semua product –product yang menggunakan standar ini.
LAN (Local Area Network) yang biasa kita kenal merupakan suatu jaringan yang menghubungkan (interkoneksi) suatu komunitas Data Terminal Equipment (DTE) yang ditempatkan dalam suatu lokasi  (gedung atau grup). Umumnya menggunakan media transmisi berupa kabel baik kabel twisted pair maupun coaxial,  biasa juga disebut dengan wired LAN.

Di samping itu ada LAN yang dikembangkan dengan menggunakan medium gelombang radio atau cahaya. Keuntungannya adalah biaya instalasi yang lebih murah dibandingkan dengan wired LAN, karena tidak dibutuhkan instalasi kabel yang terlalu besar khususnya untuk sub lokasi/sub grup yang agak jauh. Pertimbangan kedua adalah karena wireless LAN ini cocok untuk unit-unit DTE yang portabel dan bersifat mobil.

2.2.  Kelebihan Wirelless Lan
Dengan wireless LAN, user bisa membagi akses informasi tanpa harus mencari tempat sebagai sambungan kabel ke jaringan, dan network manager bisa menset up atau menambah jaringan tanpa harus melakukan instalasi atau pun penambahan kabel. Wireless LAN menawarkan beberapa kelebihan seperti produktivitas, kenyamanan, dan keuntungan dari segi biaya bila dibandingkan dengan jaringan kabel tradisional.
1.    Mobility : Sistem wireless LAN bisa menyediakan user dengan informasi access yang real-time, dimana saja dalam suatu organisasi. Mobilitas semacam ini sangat mendukung produktivitas dan peningkatan kualitas pelayanan apabila dibandingkan dengan jaringan kabel .
2.    Installation Speed and Simplicity : Instalasi sistem wireless LAN bisa cepat dan sangat mudah dan bisa mengeliminasi kebutuhan penarikan kabel yang melalui atap atau pun tembok.
3.    Installation Flexibility : Teknologi wireless memungkinkan suatu jaringan untuk bisa mencapai tempat-tempat yang tidak dapat dicapai dengan jaringan kabel.
4.    Reduced Cost-of-Ownership : Meskipun investasi awal yang dibutuhkan oleh wireless LAN untuk membeli perangkat hardware bisa lebih tinggi daripada biaya yang dibutuhkan oleh perangkat wired LAN hardware, namun bila diperhitungkan secara keseluruhan, instalasi dan life-cycle costnya, maka secara signifikan lebih murah. Dan bila digunakan dalam lingkungan kerja yang dinamis yang sangat membutuhkan seringnya pergerakan dan perubahan yang sering maka keuntungan jangka panjangnya pada suatu wireess LAN akan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan wired LAN.
5.    Scalability : Sistem wireless LAN bisa dikonfigurasikan dalam berbagai macam topologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam. Konfigurasi dapat dengan mudah diubah Mulai dari jaringan peer-to-peer yang sesuai untuk jumlah pengguna yang kecil sampai ke full infrastructure network yang mampu melayani ribuan user dan memungkinkan roaming dalam area yang luas.
2.3.  Cara Kerja Wireless LAN
Wireless LAN menggunakan electromagnetic airwaves (radio atau infrared) untuk menukarkan informasi dari satu titik ke titik lainnya tanpa harus tergantung pada sambungan secara fisik.Gelombang radio biasa digunakan sebagai pembawa karena dapat dengan mudah mengirimkan daya ke penerima. Data ditransmikan dengan cara ditumpangkan pada gelombang pembawa sehingga bisa diextract pada ujung penerima. Data ini umumnya digunakan sebagai pemodulasi dari pembawa oleh sinyal informasi yang sedang ditransmisikan. Begitu datanya sudah dimodulasikan pada gelombag radio pembawa, sinyal radio akan menduduki lebih dari satu frekuensi, hal ini terjadi karena frekuensi atau bit rate dari informasi yang memodulasi ditambahkan pada sinyal carrier.
Multiple radio carrier bisa ada dalam suatu ruang dalam waktu yang bersamaan tanpa terjadi interferensi satu sama lain jika gelombang radio yang ditransmisikan berbeda frekuensinya. Untuk mengextract data, radio penerimanya diatur dalam satu frekuensi dan menolak frekuensi-frekuensi lain. Pada konfigurasi wireless LAN tertentu, transmitter/receiver (transceiver) device, biasa disebut access point, terhubung pada jaringan kabel dari lokasi yang fixed menggunakan kabel standard. Sebuah access point bisa mensupport sejumlah group kecil dari user dan bisa dipakai dalam jarak antara seratus sampai beberapa ratus kaki. Access point (atau antena yang terhubung pada access point) biasanya diletakkan pada tempat yang tinggi tapi dapat juga diletakkan dimana saja untuk mendapatkan cakupan yang dikehendaki. End user access wireless LAN menggunakan wireless-LAN adapters, biasa terdapat pada PC card pada notebook atau palmtop computer, atau sebagai card dalam desktop computer, atau terintegrasi dalam hand-held computer.
2.4.Media Wirelless LAN
Ada dua jenis media yang biasa digunakan untuk wireless LAN, yaitu : gelombang radio dan  sinyal optis infra merah.
1.    Media Radio
Gelombang radio telah  secara meluas banyak dipakai untuk berbagai aplikasi (seperti TV, telepon selular, dls). Keunggulannya adalah karena gelombang radio dapat merambat menembus objek seperti dinding dan pintu.
·       Path loss
Semua receiver radio didesain untuk beroperasi pada SNR (perbandingan antara daya signal dengan daya noise) yang telah ditentukan. Biaya yang  harus dikeluarkan dalam mengembangkan wireless LAN ini lebih banyak pada interface radio yang sanggup menjamin SNR yang tinggi.  Faktor-faktor yang mempengaruhi  SNR  adalah noise receiver yang merupakan fungsi dari temperatur ambient dan bandwidth dari sinyal yang diterima. Daya sinyal juga merupakan fungsi dari jarak antara pemancar dan penerima. Kesemua faktor ini membentuk suatu path loss channel radio untuk sistem wireless LAN.
·       Interferensi Channel yang berdekatan
Karena menggunakan prinsip pemancaran gelombang radio, maka untuk transmiter yang memiliki frekuensi yang  sama dan berada di satu gedung  atau ruang yang berdekatan  dapat mengalami interferensi satu dengan yang lainnya. Untuk sistem Ad hoc, channel yang berdekatan dapat disetup dengan frekuensi yang berbeda sebagai isolator, sementara untuk sistem infrastructure  dapat diterapkan three cell repeater yang masing-masing  sel yang berdekatan (3 sel) memiliki frekuensi berbeda dengan pola pengulangan.
· Multipath
Sinyal radio, seperti halnya sinyal optic dipengaruhi oleh multipath;  yaitu peristiwa di mana suatu ketika receiver menerima multiple signal yang berasal dari transmitter yang sama, yang masing-masing sinyalnya diikuti oleh path yang berbeda di antara receiver dan transmitter. Hal ini dikenal dengan multipath dispersion yang dapat menimbulkan intersymbol interference (ISI).

2.    Media Inframerah
·         Inframerah memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi dari pada  gelombang radio, yaitu di atas 1014 Hz. Inframerah yang digunakan umumnya dinyatakan dalam panjang gelombang (biasanya dalam nanometer) bukan dalam frekuensi. Inframerah yang biasa digunakan adalah yang memiliki panjang gelombang 800 nm dan 1300nm. Keuntungan menggunakan inframerah dibandingkan dengan gelombang radio adalah tidak diperlukan regulasi yang sulit dalam penggunaannya. Untuk mereduksi efek noise pada sinyal infra merah, digunakan bandpass filter.
·         Device inframerah
Untuk aplikasi wireless LAN, mode operasional yang digunakan adalah untuk memodulasi intensitas output inframerah dari emitter dengan menggunakan sinyal yang termodulasi secara elektris. Variasi intensitas sinyal inframerah yang diterima oleh detektor kemudian dikonversi menjadi sinyal  elektris yang ekuivalen.  Mode operasi ini dikenal dengan Intensity Modulation with Direct Detection (IMDD).

·         Topologi

Link inframerah  dapat digunakan sebagai salah satu dari dua mode : point to point dan diffuse. Dalam mode point to point, emiter diarahkan langsung pada detektor (photodiode). Mode operasi ini  memberikan wireless link yang baik di antara dua bagian equipment, misalnya untuk meng-enable-kan  komputer portabel untuk mendownload file ke komputer lain.
2.5.Masalah Keamanan pada Sistem Wirelless
Sistem wireless memiliki permasalahan keamanan tersendiri (khusus).Beberapa hal yang mempengaruhi aspek keamanan dari sistem wireless antara lain:
Perangkat pengakses informasi yang menggunakan sistem wireless biasanya berukuran kecil sehingga mudah dicuri. Laptop, notebook, handphone, palm, dan sejenisnya sangat mudah dicuri. Jika dia dicuri, maka informasi yang ada di dalamnya (atau kunci pengakses informasi) bisa jatuh ke tangan orang yang tidak berhak.
Penyadapan (man-in-the-middle attack) dapat dilakukan lebih mudah karena tidak perlu mencari jalur kabel untuk di-‘tap’. Sistem yang tidak menggunakan pengamanan enkripsi, atau menggunakan enkripsi yang mudah dipecah, akan mudah ditangkap.
Perangkat wireless yang kecil membatasi kemampuan perangkat dari sisi CPU, RAM, kecepatan komunikasi, catu daya. Akibatnya sistem pengamanan (misalnya enkripsi) yang digunakan harus memperhatikan batasan ini. Saat ini tidak memungkinkan untuk menggunakan sistem enkripsi yang canggih yang membutuhkan CPU cycle yang cukup tinggi sehingga memperlambat transfer data.
Pengguna tidak dapat membuat sistem pengaman sendiri (membuat enkripsi sendiri) dan hanya bergantung kepada vendor (pembuat perangkat) tersebut. Namun mulai muncul perangkat handphone yang dapat diprogram oleh pengguna.
Adanya batasan jangkauan radio dan interferensi menyebabkan ketersediaan servis menjadi terbatas. DoS attack dapat dilakukan dengan menginjeksikan traffic palsu.
Saat ini fokus dari sistem wireless adalah untuk mengirimkan data secepat mungkin. Adanya enkripsi akan memperlambat proses pengiriman data sehingga penggunaan enkripsi masih belum mendapat prioritas. Setelah kecepatan pengiriman data sudah memadai dan harganya menjadi murah, barulah kita akan melihat perkembangan di sisi pengamanan dengan menggunakan enkripsi.

2.6.Contoh Kasus Keamanan Sistem Wirelless LAN
Peneliti di Amerika sudah membuktikan bocornya LAN perusahaan yang menggunakan wireless LAN IEEE 802.11b. Dengan menggunakan sebuah notebook yang dilengkapi dengan perangkat IEEE 802.11b seorang peneliti sambil berjalan menunjukkan LAN dan data-data dari beberapa perusahaan yang bocor ke jalan di depan kantor. Penggunaan firewall untuk membatasi akses ke kantor dari Internet akan sia-sia jika pintu belakang (backdoor) wireless LAN bisa digunakan oleh cracker untuk masuk ke sistem. Program untuk memecahkan wireless LAN ini
mulai banyak tersedia di Internet, seperti misalnya Airsnort, Netstumbler1, WEPcrack, dan lain-lain.
NIST (lembaga standar di Amerika) melarang penggunaan wireless LAN untuk institusi pemerintah yang memiliki data-data rahasia.

2.7.  Pengaman Sistem Wirelless LAN
Untuk sistem wireless LAN yang menggunakan IEEE 802.11b, disarankan untuk mensegmentasi jaringan dimana wireless LAN ini berada dan menganggap segmen ini sebagai extranet. Jika diperlukan, firewall digunakan untuk membatasi jaringan ini dengan jaringan internal yang membutuhkan keamanan lebih tinggi. Untuk meningkatkan keamanan, gunakan MAC address sebagai mekanisme untuk memperbolehkan connection (access control). Kerugian dari mekanisme ini adalah kecepatan maksimum yang dapat diperoleh adalah   sekitar 11 Mbps. (Secara teori MAC address masih dapat diserang dengan menggunakan proxy arp.) Akses dengan menggunakan MAC ini masih belum membatasi penyadapan. Enkripsi seperti WEP digunakan untuk menghindari dan mempersulit akses. WEP sendiri masih memiliki banyak masalah teknis, dimana crack (pemecahan) enkripsi WEP membutuhkan computing resources yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Di masa yang akan datang akan ada pengamanan yang lebih baik. Aplikasi yang menggunakan perangkat wireless sebaiknya menggunakan mekanisme enkripsi end-to-end, dengan menganggap jaringan sebagai sistem yang tidak aman.


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar